Kamis, 26 Februari 2009

ada apa dengan digital arsitektur ?

Mengapa dunia digital melanda arsitektur dan bagaimana seharusnya arsitek menyikapi ?

Dunia digital dalam arsitektur memang bukanlah hal yang baru, namun peranannya sungguh sangat besar bagi perkembangan dunia arsitektur. Dengan hadirnya digitalisasi, inovasi-inovasi dan kekreatifitasan sang arsitek semakin mudah terealisasi, pekerjaan-pekerjaan keteknikan dalam arsitektur pun semakin mudah dan cepat.
Lantas, apa sih yang melatarbelakangi digitalisasi dalam arsitektur ?
1. Kebutuhan manusia yang semakin komplek, sehingga membutuhkan berbagai kemudahan, kecepatan, dan ketepatan yang tinggi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keamanan pada bangunan dan memperkecil resiko human error.
2. Perkembangan jaman dan perkembangan teknologi yang semakin pesat membutuhkan penanganan yang khusus pula. Yaitu dengan teknologi tinggi pula (digital technology). Jika teknologi tinggi ditangani secara manual, maka hasilnya tidak akan optimal.
3. Kreatifitas manusia dalam menciptakan karya arsitektur tanpa batas, namun kreatifitas tersebut diibatasi dengan ketiadaan teknologi untuk merealisasikannya, maka manusia memerlukan teknologi lain (teknologi digital dalam arsitektur) dan kemudian manusia menciptakannya.
4. Pekerjaan-pekerjaan arsitektur sudah semakin komplek, tidak hanya sebatas gagasan-gagasan yang dituangkan dalam sketsa dan gambar kerja, namun telah berkembang pada simulasi-simulasi terhadap iklim, kondisi tapak, sistem struktur, dll untuk mendapatkan hasil rancangan yang benar-benar tepat. Sehingga, untuk mempermudah pekerjaan tersebut, maka manusia menyederhanakannya dengan membuat software-software simulasi (mendigitalisasikan pekerjaan)
5. Keinginan arsitek untuk membuat suatu karya diluar batas kewajaran logika manusia (dekonstruksifisme) membuat praktisi keteknikan sekaligus arsitek memikirkan bagaimana hal tersebut bisa terealisasi dengan cara rekayasa-rekayasa tertentu. Rekayasa tersebut tentunya membutuhkan suatu teknologi digital yang tinggi sebagai pembantu (software simulasi)
Agar kita semakin mudah dalam mempelajari latar belakang munculnya digitalisasi dalam arsitektur, mari kita cermati dua karya arsitektur berikut ini.

Katedral Notre Dame de Paris
Mulai dibangun oleh : Bishop Maurice de Sully
Letak : Ile de La Cite Paris
Jumlah lantai : 1 lantai
Lama pembangunan : 1163-1270 (itupun belum sepenuhnya selesai)
Tahapan konstruksi : 1196 pembangunan transept dan choir selesai
1220 pelengkung-pelengkung runcing sebelah barat selesai dibangun
1225 rose window selesai dibangun
1250 menara barat selesai dibangun
1270 modifikasi transept selesai
1831 diadakan restorasi dibawah pimpinan Viollet le Duc
Deskripsi singkat :
Seperti gereja-gereja lain yang bergaya gotik, gereja ini berdenah segi empat dengan nave ditengah dalam sumbu membujur, dalam hal ini diapit oleh aisle dobel. Pada ujung barat terdapat apse berdenah setengah lingkaran bergaris tengah 42,20 m. Pada bagian depan terdapat 3 pintu masuk yang diatasnya terdapat jendela mawar atau rose window. Karena orientasi pembangunannya yang fertikalism dengan bentuk-bentuk runcing pada bagian atas, maka karya ini juga disebut pointed architecture. Ciri gotik lain yang menonjol dari gereja ini adalah adanya pelengkung iga atau rib vault dan flying buttress yang berfungsi sebagai struktur penguat kolom utama.

Sears Tower
Lokasi : Chicago, Illinois Amerika Serikat
Status : Selesai dibangun
Dibangun : 1970-1974
Ketinggian : Antena/Puncak 527 m
Atap 442 m
Jumlah lantai : 108
Area lantai : 418,064 m² (353,961 m² untuk disewakan)
Jumlah elevator : 104, dengan 16 lift bertingkat dua Perusahaan Arsitek Skidmore, Owings and
Merrill
Data-data tambahan :
Pengunjung harian : 11.000 orang
Panjang pippa ledeng : 40.000 km
Jumlah toilet : 943
Panjang kabel telepon : 69.000 km
Luas kantor : 41 hektar
Jumlah kaca jendela : 161.100
Daya generator : 2.100 kw
AC : 18.000 ton
Jumlah tangga : 2232 tangga
Kecepatan lift : 2 lantai/ detik
Sistem pengaman : 135 kamera pengawas di lobi dengan ruangan kusus metal
detector dan sistem kartu akses. Semua dikontrol dalam
satu ruangan. Bangunan ini juga dirancang miring 90 cm
dalam badai terburuk.

Dari dua contoh bangunan di atas, kita dapat melihat perbedaan yang sangat besar yaitu dalam hal jangka waktu pembangunan. Katedral Notre Dame memerlukan waktu 107 tahun sedangkan Sears Tower yang jauh lebih besar dan megah hanya membutuhkan waktu 4 tahun. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan metode dan orientasi pembangunan dari kedua bangunan tersebut. Katedral Notre Dame dibangun secara ‘tradisional’, belum mengenal produk-produk fabrikasi dan software-software simulasi untuk mempermudah dalam pengerjaannya. Selain itu, Katedral ini dibangun untuk menunjukkan aspek keagungan, kemegahan dan keindahan semata, aspek fungsi bukan menjadi prioritas utama. Hal tersebut sangat berbeda dengan Sears Tower yang pastinya dalam proses perancangan sampai pembangunannya dibantu dengan berbagai teknologi digital (bisa dibuktikan dengan data-data tambahan diatas). Tidak hanya proses pembangunannya yang menggunakan proses digital, namun setelah bangunan ini selesai pun, perawatan dan semua sistem yang ada menggunakan proses digital.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa alasan utama yang melatarbelakangi munculnya digitalisasi pada dunia arsitektur adalah kebutuhan manusia akan kecepatan dan kemudahan dalam melakukan proses-proses pembangunan, mulai tahap perancangan sampai pembangunan dan maintenance.

Bagaimana seharusnya arsitek menyikapi ?
Kerena memang fasilitas untuk melakukan pekerjaan arsitektur sudah tersedia, mudah, dan sangat bermanfaat, maka arsitek harus benar-benar menguasai dunia tersebut (baca-teknologi digital) agar pekerjaannya bisa berkualitas dan sedekat mungkin pada kesempurnaan rancangan dan pembangunan.

Semoga hasil diskusi ini bermanfaat dan bisa membuka cakrawala berfikir kita
Sumber
Wikipedia Indonesia
Film dokumenter ‘Sears Tower’

Jumat, 20 Februari 2009

Pesan Pertama Untuk Saudaraku

Sesungguhnya yang aku takuti dari keberhasilan adalah kesombongan, yang aku takuti dari kegagalan adalah keputusasaan, dan yang aku takuti dari amanah adalah kelalaian